Pendakian Semeru 5

Posted by Labels: at
Setelah mereka melewati tanjakan cinta yang legendaris itu, kini mereka menerima bonusnya, mereka menatap betapa indahnya danau Ranukumbolo jika dilihat dari ketinggian, bukan hanya itu saja bonusnya tapi ada lagi di balik jalan kecil 7 meter kedepan.



Dan mereka kembali terpukau dengan savana yang terbentang luas dengan bunga ungu yang seakan memberi warna berbeda di savana ini.
Mereka ketawa-ketiwi sambil foto-foto LAGI..!!!
Astaga.. Mereka memang benar-benar anak kota yang sehari-hari selalu melihat kemacetan Jakarta.



"Sudahlah.. nanti lagi foto-fotonya.. ini masih 20% keindahan yang kalian lihat, masih banyak lagi di depan sana" dengan wajah sedikit kesal aku melanjutkan langkah.

Kami lanjutkan perjalanan melewati bunga-bunga ungu yang mirip lavender ini, lalu si Desi nyeletuk.

"Boleh di petik kan bang.. ?" kata Desi

"Ingat peraturan yang abang bilang sebelum kita berangkat, jangan ambil apapun dari alam selain gambar dan video, jangan tinggalkan apapun di alam selain jejak kaki dan jangan bunuh apapun kecuali waktu." Dengan wajah sumringah aku berjalan.

Lalu dia nyeletuk untuk kedua kalinya

"oh cuma boleh ambil gambar ? tapi kami tadi ga boleh banyak-banyak foto ?"

(Sial*n ni bocah) dalam hatiku. aku hanya bisa diam karena males menjelaskan terus dan terus.

Setelah lewat dari savana bunga ungu, kami tiba di Pos selajutnya, yaitu Pos Cemoro Kandang.
Pos ini unik, kenapa aku bilang unik ?
Disini banyak pohon cemara, persis seperti lagu masa kecil yang sering ku nyanyikan.
Bagi anda yang tidak sempat menikmati indahnya masa kecil, nih ku kasih liriknya. Hehehe becanda kok.

Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali

Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara

Nah.. Itu dia uniknya, persis seperti lagu itu. Ditambah lagi, ada penjual gorengan dan minuman disini hahaha :D di alam seperti ini ada pedagang, di satu sisi aku ngerasa aneh, seharusnya di alam kita bisa melatih diri untuk mandiri, bukannya di manjakan dengan pedangang. Tapi di sisi lain aku merasa terbantu, karena adik-adik ku ini bisa jajan. Namun jangan salah, makanan dan minuman disini mahal, bisa 3 kali lipat dari harga normal.

Setelah istirahat dan makan, kami lanjut berjalan, track kali ini ga terlalu ekstrim kalo menurut aku, karena sedikit tanjakan dan sedikit tempat datar, yah jadi ga terlalu menguras tenaga lah.
Setelah jalan kira-kira 45 menit kami istirahat sejenak, maklum aku membawa para ladies-ladies pemula.
Kami pun sempat bertemu seorang pendaki wanita dari Surabaya, dia sendirian men.. Waaw..
Sayangnya aku lupa namanya, sebut saja Mawar.
Mbak Mawar menawarkan sebungkus madu kepada kami.

"Nih mas, madu buat nambah tenaga" Kata Mawar
"Iya, makasih. Mbak sendirian ? Ga takut ?" Aku bertanya.
"Udah biasa kok, saya juga baru dari gunung Arjuno seminggu lalu" Kata Mawar
"Whaaaaaatt.... Ueeedaan.." Aku kaget dengan pernyataan dia dan staminanya yang luar biasa.

Kedua anak kota yang ku bawa itu pura-pura tidak mendengar dan melangkah cepat seolah malu dan ingin menjauh.
Perjalanan ku lanjutkan dengan perbincangan sederhana bersama mbak Mawar.
Hingga kami tiba di Pos Kalimati dan aku berpisah dengan mbak mawar untuk mencari lapak masing-masing. Pos untuk camp ground terakhir sebelum para pendaki mendaki menuju puncak Mahameru, tepat dibawah kaki sang Maha kami mendirikan tenda, dengan gagahnya Mahameru berdiri tegak dihadapan kami.



Setelah tenda berdiri, seperti biasa, kami masak makan malam dan istirahat untuk pendakian nanti malam.
Sekedar info, di Pos Kalimati ini adalah tempat pengambilan air terakhir sebelum menuju ke puncak.
Aku mengajak Tara untuk ngambil air ke bawah jurang, jaraknya cukup jauh dari camp ground,

"Jauh juga ya bang, sampe harus turun-turun ke jurang gini" kata Tara.
"Mau gimana lagi, apa lu mau mati kehausan ?" aku menakutinya.

10 menit berjalan sampailah kami di sumber air dan kami pun manmpug air yang menetes dari sela-sela tebing batu.
Airnya ga deras, namun mengalir terus tiada henti dan rasanya sangat segar serta manis, kaya ada manis-manisnya gitu.. #BukanIklan

"Buset bang, kalo di rumah gue, berlimpah banget air, bahkan sampe tumpah-tumpah di bak kamar mandi keran terus mengalir ga di matiin" Dengan bangga Tara bercerita.
"Gimana sekarang ? apa masih mau buang-buang air ? demi 4 botol air, kita harus berjalan jauh dan turun ke jurang, hargai air dimanapun lu berada." Aku sok memberi pencerahan.

Tara menanggapi dengan serius dan sepertinya dia sudah sadar. Syukurlah kalo dia tau sulitnya dapet air disini, karena #SumberAirSujauh.
Setelah masak dan makan, matahari pun kembali ke peraduannya, kami pun beristirahat persiapan nanti malam. Udara disini sangat ekstrim, sangat dingin karena tepat dibawah kaki gunung Semeru.

Jam 11 malam aku terbangun dan mempersiapkan perlengkapan, setelah semua siap, mereka ku bangunkan untuk makan sedikit cemilan dan minum teh manis, karena tenaga kana terpakai penuh untuk pendakian kali ini.
Lalu kami bergabung denga para pendaki lain untuk berangkat bersama.
Setelah berdoa, pendakian malam pun dimulai.. Jeng..Jeeeng..!!!

Melewati hamparan semak-semak yang menambah sulit kaki untuk melangkah, bersama pendaki lain kami saling berkordinasi dan membentuk satu barisan, disini kebersamaan sesama pendaki terasa sangat kental dan erat, kami yang awalnya tidak saling kenal, bisa bersatu seperti sebuah tim yang sudah lama terbentuk.
Alam menyatukan jiwa kami, dan kebetulan aku mendapat bagian paling belakang untuk menjaga barangkali ada pendaki yang mengalami masalah, kira-kira ada 20 orang pendaki malam itu.
Melewati tanjakan yang ekstrim, akar-akar pohon yang menghalangi serta suhu udara yang sangat teramat dingin membuat stamina kami terkuras habis.
Sesekali terdengar teriakan dari orang paling depan.

"Tengah aman..???" Teriak orang terdepan.
"Aman bro.." Teriak Penjaga barisan tengah.
"Belakang aman mas..?" Teriak orang terdepan.
"Ada 1 yang lelah bro.." Teriak ku.
"Oke semua istirahat dulu" Kata orang tedepan.

Orang yang kelelahan itu adalah Desi, ya adik ku yang paling malas jika disuruh olahraga ini akhirnya menyerah. Ia berkata

"Aku pulang aja bang, ga sanggup" air matanya hampir menetes.
dengan emosi yang meluap, aku marah.
"Siapa suruh ga mau olahraga ? ini udah setengah perjalanan menuju puncak, berani kau pulang sendirian gelap-gelap gini ?"

Dari depan terdengar suara "Ayo lanjut" semua orang bergerak maju.
Namun si Desi tidak bergerak sama sekali.
Dengan emosi yang sudah sampe ubun-ubun aku langsung....


Bersambung..







Post a Comment

Back to Top