Pendakian Semeru 6 (Last)

Posted by Labels: at
Oke lanjut.
 
   Melihat tingkah adik ku si Desi ini yang lama-lama bikin emosi naik, aku pun berinisiatif mengambil tindakan.
Memang agak kasar sih, karena teman-teman yang lain menjadi terhambat karena menunggu 1 orang ini, lalu ku paksa dia berdiri dan ku suruh jalan, namun lagi-lagi dia tidak mau jalan.
Dengan terpaksa aku menendangnya dari belakang, dan akhirnya diamau melanjutkan perjalanan meskipun dengan berat ia melangkah.
Jujur aku merasa bersalah karena udah maksa dia, namun disatu sisi-sisi aku tau dia mampu, hanya saja dia malas.
Samar-samar terdengar oleh ku keluuhan-keluhan dari temana-teman 1 rombongan yang merasa terhambat dengan langkah lambat si Desi, dengan perlahan dia menaiki tanjakan akar, karena merasa ga enak dengan teman-teman di depan, aku menyuruh mereka duluan, sementara kami bertiga belakangan.

"Mas-mas dan mbak-mbak duluan aja, kami pelan-pelan aja" Ku berkata dengan nada suara yang agak kecewa.
"Yakin mas ? yaudah kalo gitu sampai jumpa diatas ya, buat mbaknya semangat ya.." Jawab salah seorang yang berada di depan ku.

Lalu mereka melanjutkan pendakian dengan langkah yang cepat, sebab kabarnya, pendaki harus turun dari puncak sebelum jam 10 pagi, jika lewat jam 10 udara diatas puncak sangat beracun, itu sebabnya seorang pendiri Mapala tewas di Semeru (Soe Hok Gie).
Aku tetap bersabar dengan langkah lambat si desi, sembari mendorongnya sedikit demi sedikit dari belakang.
ku melihat si Tara yang tak lagi bersuara, hahaha..  Mungkin dia lelah, namun semangatnya tak hilang, dia tetap melangkahtanpa mengeluh.
Kegelapan menyelimuti kami, hanya cahaya dari headlamp di kepala kami yang bisa diandalakan, udara dingin bagaikan duri mawar yang menusuk 5CM dalamnya kedalam kulit (sakit-sakit gimana gitu rasanya) menurut berbagai sumber dari google, jika saat musim kemarau suhu di Semeru bisa mencapai -10 derajat.
Hanya hamparan bintang yang terlihat indah dan memberi sedikit cahayanya tuk tunjukan jalan menuju puncak.
bukan hanya udara beracun ancaman kami di puncak nanti, namun turunnya pun kami akan menghadapi 1 resiko lagi, yaitu area BLANK 75.
BLANK 75 adalah jurang di sisi kanan dari pendakian kami dengan kedalaman kurang lebih 30 meter. Jurang ini telah banyak memakan korban di Semeru.

Lanjut ke topik.
Kami bertiga terus menapaki akar-akar pohon yang tak ada habisnya, sesekali udara kencang berhembus dari sela-sela pohon dan membuat suara riuh sekaligus merinding (bukan karena kebelet boker).
Kurang lebih 1 atau 2 jam kami berjalan melewati akar-akar pohon sembari menanjak terjal, akhirnya kami tiba dibatas vegetasi.
Ini adalah seperempat jalan menanjak di gunug Semeru, setelah  vegetasi terlewati, keadaan sekitar yang tadinya banyak pepohonan lebat dan gelap, berubah menjadi tanjakan berpasih dan berbatu.
Disini barulah stamina dan kesabaran kami benar-benar diuji, karena pasir sulit untuk di injak,
2 langkah kami naik, 1 langkah kami merosot turun.
Hanya cahaya senter kecil yang terlihat dari kejauhan diatas kami, seolah mereka telah berpuluh-puluh kilo meter jauhnya dari kami. Namun aku tak mau mematahkan semangat adik-adik ku ini.

"Ayo.. dikit lagi, semangat.. Kalo udah sampe di puncak sana, kalian pasti ga akan bisa lupain seumur hidup." Dengan nafas tersengal aku berkata seperti itu.

Namun sepertinya kata-kata penyemangat ku tidak berarti, apa boleh buat, ku keluarkan senjata pamungkas.

"Ayo istirahat di balik batu besar ini, biar angin ga langsung ke badan, dan kita makan cokelat dulu"
ku keluarkan cokelat dari dalam tas sekaligus minuman, jam 3 malam kami makan cokelat, semoga ga obesitas. hehee..

Lalu kami menyantap cokelat dengan lahap sembari menggigil sesekali karena kencangnya udara dingin yang berhembus.
Setelah istirahat kami lanjut mendaki, ya.. Seperti sebelumnya, ga ada semangat hidup lagi di wajah mereka, puncak masih belum terlihat, hanya setitik cahaya headlamp para pendaki yang terlihat sangat kecil di ujung sana.
Ku berniat kembali kebawah bersama mereka jika dalam waktu 2 jam wajah mereka makin menunjukkan ekspresi pengen bunuh diri. hehee..
2 jam kami masih mendaki, untungnya wajah mereka masih datar, ga ada tanda-tanda yang janggal.
Lalu di ujung timur terlihat warna jingga muncul perlahan menerangi cakrawala.



Cahaya jingga yang perlahan menyentuh gulungan kapas putih (dibaca awan), tanpa disadari, kami telah melewati awan, betapa indah pagi ini, bermandikan debu Mahameru dan berdiri diatas awan.
Cahaya jingga yang perlahan mencabut duri-duri beku yang menancap di kulit kami.



Terima kasih pada sang fajar yang telah menunjukkan keindahannya, dan membawa semangat kepada dua anak gadis yang putus asa ini.
Mereka berdua bengong sembari duduk menatap awan yang bergerak perlahan dibawah mereka.
Walaupun hanya sedikit semangat yang nambah, namun itu dapat membantu mereka melangkah lebih lagi hingga sampai di puncak sang Maha.
Sesampainya nya di puncak, tiba-tiba semangat mereka naik secara drastis.
Seperti baru dapet SMS undian hoax dapet mobil dari bank Bri.
Kembali mereka foto-foto, si Tara dengan bangga foto memegang kertas ucapan ulang tahun untuk ibunya, sementara Desi.. Ahh sudahlah.. Dia memegang kertas bertuliskan nama mantannya, gagal move on kayanya nih anak. (Foto tidak dapat ditampilkan guna privasi si korban)

Yah meskipun kami sampai puncak tepat jam 9, karena normalnya orang sampai ke puncak adalah jam 6 sampai jam 8. Tapi gak jadi masalah 10 jam mendaki, yang penting mereka telah menjejakkan kaki di puncak tertinggi di pulau Jawa, dan mereka dapat melihat secara langsung betapa indahnya negeri kita Indonesia.
Mungkin hanya ini sedikit pengalaman yang dapat ku bagikan ke mereka untuk diceritakan kepada anak cucu mereka. hahaha..

"Jangan senang dulu, ini baru 50% dari perjalanan kita" aku berkata pada mereka.
Mereka langsung mangap kaget.
"50% lagi adalah perjalanan pulang.." aku lanjut berbicara.

"Puncak bukan tujuan utama,
Sampai rumah dengan selamat adalah yang paling penting"

-Sok Bijak-


Oh iya..
Dibawah aku sertakan foto senyum pepsoden mereka, yang seakan-akan menjadi pendaki tangguh.
tapi emang tangguh, secara Semeru puncak tertinggi Jawa telah mereka gapai.

Setelah dari Semeru, petualangan belum usai, kami masih melanjutkan perjalanan kebeberapa daerah lagi yang tidak kalah bagusnya dengan Semeru.
Keep reading yo bro n sis..

                                                                              1. DESI
                                                                              2. TARA                                                                                                  



2 comments:

  1. Bagussss! Bisa kali quote "sok bijak" nya juga diposting. Hahahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... udah pernah tik.. dulu banget di fb.

      Delete

Back to Top