MELEPAS GALAU DITENGAH PULAU 2

Posted by Labels: at
 Buset rame sangat di dermaga ini, liburan yang ku kira sepi dan tenang, ternyata kaya pasar malam. Kalo gini gimana aku bisa tenangkan diri dari kegalauan hati ?
Semangat turun dan perutpun lapar, kebetulan ada tukang bubur ayam, langsung ku beli dan sarapan di pinggir jalan, bodo amat orang pada lalu lalang, ku dengan santai melahap bubur ayam dengan nikmatnya.
Setelah kenyang sarapan, ku mengejar teman-teman yang jalan duluan untuk mengatri tiket kapal,
setelah dapat tiket yang dibandrol Rp.5000/orang, ku bergegas berjalan keluar dari padatnya antrian, dan didepanku berjajar puluhan kapal kayu besar seperti kapal penangkap ikan berukuran kira-kira 17 meter untuk panjang dan 6 meter untuk lebarnya, lalu semua binatang dimasukkan ke dalam kapal secara berpasang-pasangan, ada gajah, harimau hingga burung-burung, Kok jadi cerita nabi Nuh ???
Back to topic.

 Karna ramainya orang yang ingin liburan ke pulau, kami pun bergegas naik takut tidak dapat tempat.
Ternyata benar, semua kursi telah di tempati. mau ga mau kami harus duduk didepan anjungan kapal, layaknya film Titanus, hanya saja bedanya ini kapal kayu dan kami duduk di depan pada siang hari bukan malam hari, habislah kami siang ini, semoga saja tidak masuk koran harian jakarta dengan headline
 "8 orang muda-mudi tewas terpanggang sinar matahari karena tidak memakai sunblock dalam perjalanan menuju sebuah pulau"

 Ku berdoa dalam hati agar cuaca mendung supaya kami bisa menikmati perjalanan dengan santai dan sejuk, semoga saja dikabulkan.
Tak lama, mesin kapal pun hidup dan kami mulai bertolak dari dermaga Muara Angke menuju sebuah pulau yang bernama pulau Bira, semoga saja pulau ini bisa membuat ku gembira seperti namanya.
  Tak lama setelah kapal melaju, seorang rekan ku yang bernama Dinan mulai melirik satu orang gadis yng bisa dibilang cantik, dengan senyuman manis dan baju berwarna pink. Kami menyebutnya "Cewek Pink" ada banyak kisah tentang cewek pink yang akan aku ceritakan nanti.
Si Dinan sepertinya ingin berkenalan dengan cewek ini, namun dia malu, secara si cewek ini selalu bersama-sama dengan teman-teman cowoknya, sama seperti kami yang selalu bersama-sama dengan Yeni dan Rere.
  Si Dinan mulai terlihat gelisah, ga tau karena pengen kenalan atau karena kebelet BAB, entahlah..
Yang jelas dia gelisah dan memutuskan untuk pindah dari anjungan kapal menuju kabin kapten kapal, dia melompat keatas dan..
  KREEEKK..!!!
Sontak suara tawa pecah seketika di anjungan itu, sebab celana si Dinan robek pas di bagian selangkangan. Wajahnya merah merona seperti baru pake Pund's Age miracle. hahaha..  Si cewek pink pun ikut tertawa geli melihat kejadian itu.
 Kegelisahan si Dinan seketika hilang dan kini dia hanya bisa terduduk manis. Itu merupakan moment yang tak terlupakan.
 Perjalanan di tempuh dalam waktu 3 jam kurang lebih, hanya lautan dan gugusan pulau-pulau kecil diujung cakrawala yang terlihat, sesekali gelombang ombak menggoncangkan kapal kami, beruntung kami duduk diluar kapal, sebab di dalam sangat banyak orang yang mabuk laut, begitu pengapnya keadaan didalam sana, tak apa kami terpanggang diluar sini, setidaknya kami tidak terkukus didalam dan mabuk laut.

  Jenuh dan kantuk mulai menghampiri ku, satu persatu para penumpang kapal ini tergeletak lemah dibawah paparan sinar mentari, ada juga yang memaksakan diri untuk masuk kedalam, mereka lebih memilih terkukus dan berbaur dengan wangi pengat para pemabuk didalam sana.
  Setelah ku amati lebih mendalam, ada perubahan suhu udara, meskipun langit masih sangat cerah, ku mampu mencium aroma air hujan, ya air hujan, ku bergegas membuka jaket dan memasukkannya ke dalam tas, melihat tingkah ku si Rere bertanya
"Kenapa lu masukin semua kedalam tas ?" kata dia
"Sebentar lagi hujan" kata ku
Namun Rere hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng, sekitar 3 menit setelah itu, awan hitam gelap terlihat didepan kami, dengan cepat bergerak mendekat, dan tetesan air pun turun, bukan hanya air, namun awan itu juga membawa petir besertanya dan juga angin kencang.
 Mereka pun bergegas memasukkan barang-barang kedalam tas, badaipun datang.
Kapal kami bergoyang dengan hebatnya, seakan tercabik oleh gelombang besar ombak dan angin kencang, ku ga tau gimana keadaan teman-teman, aku langsung mencari perteduhan di samping kapal beserta beberapa orang lain yang tidak ku kenal, beruntung ada terpal yang di bukakan oleh awak kapal.
  Seruan orang-orang didalam kapal semakin riuh terdengar, ya hampir seluruhnya dari para penumpang merasakan hal serupa, mabuk laut dan muntah.
Ku bertahan dibawah terpal dengan beberapa orang yang tak ku kenal, setidaknya aku tidak bergabung dengan mereka di yang ada di dalam kapal dan tertular virus mabuk laut yang mematikan.
  Sekitar 30 menit badai itu memporak-porandakan kapal kami beserta isinya, setelah kejadian itu, matahari pun kembali mengintip malu-malu dari balik awan kelabu seakan membari harapan baru.
Usai sudah pertempuran melawan ganasnya alam, kini satu persatu para penumpang kembali keluar layaknya semut yang bersembunyi di lubang untuk menghindari hujan sembari mereka membawa kantungan plastik hasil isi perut mereka dan membuangnya begitu saja ke laut. #JanganDitiru

 Dari kejauhan mampu kulihat sebuah pulau dengan beberapa kapal besar sedang bersandar, benar, itu pulau Harapan, dan akmi akan turun di situ sebelum melanjutkan perjalanan menuju pulau Bira sekitar 20 menit lagi dengan perahu kecil.

  Setelah kapal bersandar, kamipun bergegas turun, antrian penumpang yang turun sangat panjang,
setibanya dibawah, kami telah di tunggu oleh seorang bapak pemilik perahu yang akan mengantarkan kami ke pulau berikutnya, jadi pulau Harapan ini hanya persinggahan, kasihan sekali pulau ini, hehehe sama seperti yang ku alami, hanya sekedar disinggahi oleh seseorang
(Itu sih namanya Harapan Palsu)  Loh..!!! kok jadi curhat ?

  Perjalanan 20 menit dengan perahu ini berbeda dengan perjalanan dengan kapal besar tadi, perahu kecil ini lebih  santai dan berisik tentunya, kapten perahu kami ini cukup ramah orangnya, kami langsung diberi makan berupa nasi kotak dengan menu khas laut, yaitu martabak keju, hahaha... ya udah pasti ikan lah.
 Pak kapten tidak sendiri, ia ditemani oleh 2 orang ABK, namun ku hanya akrab kepada 1 ABK saja, Hachi namanya, dia anak laki-laki berusia sekitar 7 Tahun, sangat polos, berkulit hitam dan berbadan buntal. hahaa..
  Setibanya kami di pulau Bira, si Hachi langsung membuat ku tertawa terpingkal, bagaimana tidak, saat perahu yang berukuran panjang 7 meter itu bersandar di pantai, tali perahu yang besar itu ia ikatkan pada pohon toge/tanaman kecil yang hanya berukuran sejengkal telapak tangan tingginya :D hahaha.. #Jenius

  Setelah itu kami berjalan menuju villa yang akan kami tempati, waw.. fasilitasnya cukup lumayan, untuk liburan murah kami kali ini..

#Bersambung

3 comments:

  1. Hahahaha.. kocak, kocak.. ditunggu part selanjutnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin rabu tik,, soalnya lagi lebur mulu akhir-akhir ini

      Delete
    2. mungkin rabu tik,, soalnya lagi lebur mulu akhir-akhir ini

      Delete

Back to Top