MELEPAS GALAU DITENGAH PULAU 4

Posted by Labels: at
  Malam hari tiba, sangat hening. hanya suara gemercik ombak yang sesekali mengisi kesunyian.
Tak lama seorang ibu datang menghampiri untuk memberi makanan, ya,,  makan malam tiba, dengan beberapa ikan bakar besar dan cumi goreng tepung, si ibu tau aja kesukaan ku, cumi goreng tepung.
Setelah puas makan, kami membuat kegiatan, yaitu curhat di meja makan, ya, kami harus jujur pada orang lain, sementara aku merasa jujur pada diri sendiri aja sangat susah, apa lagi sama orang lain.
(Ide gila si Mathew nih)
tapi aku tetap mengungkap apa yang selama ini terpendam, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan solusi dari mereka, melainkan hanya untuk membunuh waktu aja.

  Satu persatu mulai untuk curhat, dan yang lain hanya mendengar dengan tenang,
Tibalah giliran ku, ku memilih untuk menshare tentang kelemahan ku, yaitu phobia laut. Setelah puas bercerita, kamipun saling mendoakan satu sama lain, sungguh sangat rohani sekali 7 orang anak muda ini..
  Saatnya permainan, bukan permainan dewasa yang mengasah otak, melainkan permainan anak-anak, ya kami sangat menikmati permainan ini, canda tawa pecah malam itu, membelah keheningan malam pulau Bira, aksi konyol si Dinand membuat kami semua tertawa terbahak-bahak, sangat seru malam itu, dan tak lama permainan pun berakhir.

Waktu masih menunjukkan jam 10 malam, masih belum ingin mata ini terpejam, karena efek tertawa di permainan tadi, kami pun berjalan santai menyusuri pantai, hingga tiba di dermaga pulau Bira, kami berjalan di jembatan dermaga dibawah hamparan bintang yang luar biasa banyak nya.
 Si Mathew menghentikan langkahnya, di mengeluarkan kameranya dan berusaha menangkap moment yang indah itu, ribuan bintang diatas laut yang luas. Sementara kami masih melanjutkan langkah hingga ujung dermaga, disana kami duduk ramai-ramai diatas jempatan kayu sembari menatap indahnya ciptaan Tuhan. Terlihat oleh ku wajah si Yeni yang ga ada berkurang sedikitpun kecantikannya, dia sangat menikmati bintang-bintang malam ini, mungkin kalian bisa membaca sedikit kisahnya disini

idontspeaksoiwrite.blogspot.co.id/2016/09/dermaga-itu_15.html

 Mungkin mereka bisa menikmati indahnya ribuan bintang itu, namun aku hanya bisa mendengar suara ombak dan menatap indah wajah seseorang di bintang-bintang itu, belum pulih dari rasa galau, saat itu ku belajar untuk membenci cinta, cinta yang membuat pekerjaan ku terhambat, makan ku tak banyak dan tidur ku tak nyenyak.
  Sebuah penyesalan di sebuah pulau, ku rasa itu tidak pantas, ku disini unntuk liburan, bukannya meratapi masa lalu.
  Oke, ku coba berbaring dan memejamkan mata, baru 3 menit aku memejamkan mata, si Dinand membangunkan ku
"Ayo balik ke cottage" kata dia
"Aku baru aja tiduran bro.." kataku
"Apaan.. udh sejam lu tidur" kata dia
Ya Tuhan, aku terlelap.. hehehe... Lalu kami kembali ke penginapan dan seperti biasa, sebelum tidur ku sempatkan untuk baca alkitab, tanpa disadari ku sudah membaca sampai di kisah Samson. Samson kalah oleh seorang perempuan. Whaaat... kenapa bisa ngepas banget gini ?
Ya sudalah, ku cepat-cepat memejamkan mata karena ga mau terus terlarut oleh kegalauan.

  Pagi pun menjelang, jam menunjukkan pukul 05.00 Wib. Teman-teman masih terlelap dalam mimpi mereka, setelah doa pagi, akupun berniat untuk lari pagi sendirian mengelilingi pulau, setelah semua siap dan ku buka pintu, ternyata diluar hujan. Semangat sedikit menurun, namun ku tetap berlari, semakin jauh ku berlari, semakin rusak jalanan yang ku lalui, semakin lama semakin banyak semak-semak, sepertinya aku tersesat di hutan, seperti tidak ada jalan, lalu ku coba untuk ke tepi pantai dan menjauhi hutan, ku berlari di sepanjang garis pantai, pemandangan matahari terbit membuat ku tersenyum pagi itu, tak hentinya aku berkata "sungguh indah ciptaan Mu ya Tuhan"
  Sejauh 4 kilometer aku telah berlari mengelilingi pulau ini, hingga aku tiba kembali di dermaga. Pagi yang indah, setibanya di cottage, mereka masih belum pada bangun, padahal matahari udah mulai tinggi, hadeh.. Dasar.
  Lalu ku melihat Yeni berjalan kearah luar, yups, dia baru bangun, si Rere sudah terbangun juga dan dia sedang membereskan tempat tidurnya,

"Ayo bangun woi, kalo cuma buat tidur, di rumah juga bisa" teriak ku.
Dan berhasil, mereka satu persatu bangun dengan wajah yang... hahaha kalian tau lah..
 Setelah mereka semua mandi, dan sarapan, kami bersiap untuk pulang, hanya 1 hal yang ada di benakku saat itu
"Aku gagal melepaskan kegalauan di pulau ini"
Entah di lain pulau atau mungkin di gunung aku bisa benar-benar melepaskan ikatan belenggu ini. hanya Tuhan yang tahu.
  Dengan perahu kecil kami menajuhi pulau Bira menuju pulau Harapan untuk naik kapal besar dan kembali ke Jakarta.


 Perjalanan ku tak berakhir disini, masih banyak petualangan yang belum sempat tuliskan.
Jadi intinya... Terima kasih. Udah itu aja. See u in next article.

Post a Comment

Back to Top