JOGJA DAN DIA (1)

Posted by Labels: at
 Jogja, banyak kesan tentang kota yang satu ini, dari belanja, liburan, ramah, kuliner hingga pantainya yang eksotis.

 (2 minggu sebelum pergi)

Lebaran 2016, ku berencana liburan ke kota pelajar, entah mengapa ku ingin sekali makan nasi gudeg langsung di tempat aslinya, yaitu Jogja.
Langsung saja tanpa berlama-lama ku membuat perencanaan untuk perjalanan ala backpacker alias serba hemat.
Setelah budget, tiket, destinasi hingga penginapan selesai di rencanakan, tinggal satu hal lagi yang harus disiapkan, yaitu "Mental" untuk mengajak gebetan.
Ga enak kan jalan-jalan sendirian hehehe..
Oh iya, 3 bulan belakangan ini ku lagi dekat dengan seorang gadis manis rekan kerja ku di kantor, namanya... kasih tau ga ya ???
Oke, sebut saja Resti.
Resti orangnya asik banget, gayanya cool dan mandiri, maklum, dia seorang produser di kantor ku.
Setelah ku telpon dia, dan kami sepakat menentukan tanggal keberangkatan.
2 tiket kereta api pun langsung ku pesan.
Ga mudah memesan tiket 2 minggu sebelum keberangkatan, apa lagi pas moment lebaran seperti sekarang ini. Mau ga mau harus lembur untuk berburu tiket kereta api tengah malam.
Jam 1 malam aku terbangun, ku ambil hp dan langsung membuka situs booking online kereta api. Ada 3 tiket tersedia, ketika hendak dipesan, tiket mendadak hilang. Sangat misterius.. Apa ini ada kaitannya dengan para elite global ?
Tapi ku tak patah semangat, ku tunggu 10 menit dan langsung membuka kembali situs kereta api. Dan benar saja, ada 2 tiket kosong namun terpisah jauh dan beda gerbong, tanpa pikir panjang langsung ku pesan dan mengisi data. Soal bangku bisa diatur belakangan saat di dalam kereta. Tak mau melewatkan moment, ku langsung menyelesaikan pemesanan dan lari secepat kilat ke ATM.
Dan akhirnyaaa.. 2 tiket kereta api kelas ekonomi seharga 70 ribu/tiket berhasil ku dapatkan.

 (1 minggu sebelum pergi)

 Menjelang hari H ke jogja, kami rutin jalan sore bareng setelah jam kantor berakhir, sebenernya bukan fokus ke olahraganya, tapi lebih ke arah PDKT.
Tiap sore kami lalui dengan jalan sore bareng mengelilingi komplek seluas 7 hektar dibelakang kantor 
(sekarang disebut Meikarta).
Tak satu langkahpun kami lewatkan tanpa cerita, mulai dari cerita anjing kesayangan hingga temen kos yang tingkahnya aneh.
 Si Resti memiliki mata indah dan suara yang khas, itu membuat ku tak bosan menatap matanya dan mendengar setiap ceritanya.
Tanpa kami sadari, cerita kami makin lama makin mengarah ke topik pernikahan, hingga kami tiba dipintu masuk kantor "garis finish" dari jalan sore kami, si Resti tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berkata

Resti :"Gue pengen ngomong sesuatu deh"
Aku  :"dari tadi kan kita udah ngomong, ya, ngomong aja"

Sejenak kami terdiam dan dia menatap ku dengan tatapan tajam, tatapannya mengalahkan keheningan diantara kami.

Resti : "emmh.. kayanya.. ga jadi deh. Yuk lanjut jalan"
Aku   : "aneh.."

Aku bingung, kepala ku penuh dengan tanya dan dada ku penuh rasa penasaran, tapi yasudahlah..

 (1 hari sebelum pergi)
 Persiapan kini makin matang, semua sudah ada didalam tas ransel ku, tapi ada satu hal yang membuat suasana di kantor berbeda, yaitu si Resti tidak hadir, kenapa dia dan kemana dia ? Handphone nya juga tidak aktif, apa dia... ah sudahlah aku tidak mau berfikir macam-macam.
 Ku menemui Pele, dia juga rekan sekantor ku, selain ahli di bidang IT, dia juga supir grabcar, biar hemat, minta anter sama temen.. 😆
Handphone si Resti masih tidak aktif, ku hanya meninggalkan pesan melalui watsapp, meminta dia supaya tidak telat dan bertemu di depan kos ku jam 5 pagi.
Setiap 5 menit aku cek hp, dan belum di read, hingga akhirnya aku menyerah dan terlelap dalam tidur.

 (Hari H)

 Jam 5 pagi aku sudah siap dan berdiri di depan kos menantikan Pele yang akan mengantarkan kami ke stasiun Senen, ku putus asa, karena si Resti masih belum bisa di hubungi. Mobil avanza hitam datang menghampiri ku, ku buka pintu dan aku terkejut, si Resti sudah di dalam mobil, yeay... ga jadi single travel (Joget-joget dalam hati).. diperjalanan aku sempat tertidur, karena si Resti asik ngobrol dengan Pele, ya, mereka membicarakan masalah mobil, si Resti punya mobil dan jago mengemudi. Di tengah tidur, Resti membangunkan ku,

Resti  : "John, ntar disana gue mau ngomong serius sama lu"

Aku "ohh.. oke.." sambil mengucek mata yang masih perih karena baru bangun.




Tiba di Stasiun, ternyata ramai sangat, sampai-sampai kami kesusahan mencari tempat untuk duduk.
Dua jam kami menunggu hingga akhirnya kereta yang mengantarkan kami ke Jogja tiba, bergegas kami naik dan mengambil bangku masing-masing. Mengingat bangku kami yang berjauhan, kami membujuk salah seorang di samping kami untuk pindah, dan akhirnya si mas-mas tersebut mau.
Kami akhirnya duduk bersebelahan, rasanya senang sekali, bagaikan di tabok 10 bidadari.
Tak lama, seorang pemuda kurus yang berwajah jutek datang dan duduk di depan kami. Pas di hadapan kami. Namanya Angga, dari pada diem-dieman lebih baik ku memulai pembicaraan dengan dia.

Aku     :"ehemmm... kerja bro ? Atau kuliah ?"
Angga : "kerja mas.. kalo mas ?"
Aku     :"sama, kerja juga.."

Setelah beberapa lama kami ngobrol ku baru sadar ternyata Angga orangnya asik dan lucu, dia punya selera humor yang bagus.
Setelah 5 jam saling cerita, si Angga turun terlebih dahulu, kerena tujuannya dekat, lalu aku dan Resti memutuskan untuk tidur hingga tiba di stasiun Jogja.

(DAY 1 DI JOGJAKARTA)

  Resti : "John.. Joooohhnn... banguun..." (si Resti mengguncang badan ku)
Aku : "iya iya..."

Lalu kami bergegas turun, hal pertama yang ku dapati bukannya senyum, tapi panggilan dari para supir taksi yang sedang mencari penumpang di sekitaran stasiun, dan mereka keroyokan.
Tapi untungnya aku sudah prepare dengan baik apa-apa saja yang kami butuhkan sebelum berangkat, salah satunya adalah rental motor.
 Berhubung aku belum punya E-ktp, jadi aku meminjam identitas si Resti, prosesnya tak lama, dan harganya Rp, 80.000/hari untuk sebuah motor matic, setelah motor kami dapatkan, hal selanjutnya adalah mencari penginapan, ya memang jogja adalah destinasi favorit para wisatawan, tapi... untuk mencari penginapan murah itu susah-susah gampang, yang ada malah penginapan mahal. setelah berjuang keliling Malioboro, akhirnya kami menemukan penginapan murah ala backpacker, berkat bantuan GOOGLE dan info dari masyarakat, wajar saja aku merasa kikuk di kota ini, karena baru pertama kali, mungkin Resti udah sering ke Jogja, tapi dia belum pernah menginap di penginapan backpacker manapun, Rp, 70.000/hari, aku dan resti memesan dua kamar, maklum, anak baik-baik.

 Siang berganti sore, ku merasa bosa jika harus terus-terusan dikamar, ku memutuskan untuk jalan-jalan di Malioboro tanpa memberi tahu Resti.


2 comments:

  1. Replies
    1. lagi libur dulu mbak.. kerjaan kantor lagi numpuk
      sabar ya mbak cantik

      Delete

Back to Top